Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu spesies burung yang paling dikenal di Indonesia, terutama karena keindahan dan statusnya sebagai spesies yang sangat terancam punah. Burung ini merupakan endemik dari Pulau Bali dan dikenal juga dengan nama Bali Starling atau Bali Myna dalam bahasa Inggris. Keberadaannya di alam liar sangat terbatas, membuatnya menjadi salah satu burung yang paling dicari oleh pengamat burung dan konservasionis di seluruh dunia.
Jalak Bali memiliki penampilan yang sangat mencolok dengan bulu berwarna putih bersih di seluruh tubuhnya, kecuali pada ujung sayap dan ekornya yang berwarna hitam. Burung ini memiliki ukuran tubuh sekitar 25 cm dengan paruh yang berwarna kuning dan kaki berwarna abu-abu kebiruan. Salah satu ciri khas yang membedakan Jalak Bali adalah lingkaran biru terang di sekitar mata yang tidak berbulu, memberikan penampilan yang sangat khas dan menarik.
Jalak Bali awalnya ditemukan di bagian barat Pulau Bali, terutama di kawasan Taman Nasional Bali Barat. Habitat alaminya meliputi hutan musim tropis, hutan mangrove, dan area terbuka dengan vegetasi yang cukup. Namun, karena kerusakan habitat dan perburuan liar, populasinya di alam liar telah menurun drastis, membuatnya hanya dapat ditemukan di beberapa lokasi yang sangat terbatas di Bali.
Burung Jalak Bali adalah burung omnivora yang memakan berbagai jenis makanan, termasuk serangga, buah-buahan, biji-bijian, dan nektar. Burung ini sering terlihat mencari makan di pepohonan dan semak-semak, serta di tanah. Jalak Bali biasanya hidup dalam kelompok kecil dan dikenal sebagai burung yang sangat sosial dan vokal, dengan berbagai panggilan dan nyanyian yang unik.
Musim kawin Jalak Bali berlangsung pada musim hujan, sekitar bulan November hingga April. Burung ini bersifat monogami, membentuk pasangan tetap selama musim kawin. Sarang mereka biasanya dibuat di lubang pohon atau di celah-celah batu. Betina biasanya bertelur 2-3 butir, dan kedua induk berbagi tugas dalam mengerami telur dan merawat anak-anaknya. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14-16 hari, dan anak-anak burung biasanya meninggalkan sarang setelah sekitar 3-4 minggu.
Jalak Bali saat ini terdaftar sebagai spesies yang sangat terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Populasinya di alam liar diperkirakan hanya tersisa beberapa puluh individu. Ancaman utama bagi keberadaan Jalak Bali adalah perburuan liar untuk perdagangan ilegal dan hilangnya habitat akibat aktivitas manusia.
Berbagai upaya konservasi telah dilakukan untuk menyelamatkan Jalak Bali dari kepunahan. Salah satu langkah utama adalah penetapan kawasan konservasi seperti Taman Nasional Bali Barat, yang menjadi pusat perlindungan dan penangkaran Jalak Bali. Program penangkaran ex-situ juga telah berhasil mengembangbiakkan Jalak Bali di berbagai kebun binatang dan pusat konservasi, dengan tujuan untuk melepasliarkan mereka kembali ke alam. Pendidikan dan penyadaran masyarakat lokal tentang pentingnya pelestarian Jalak Bali juga menjadi bagian penting dari upaya konservasi.
Burung Jalak Bali adalah salah satu ikon keanekaragaman hayati Indonesia yang memiliki nilai ekologis dan estetis yang tinggi. Perlindungan dan pelestariannya membutuhkan perhatian dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi konservasi, dan masyarakat. Melalui upaya konservasi yang berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa Jalak Bali tetap menjadi bagian dari alam Bali yang indah untuk generasi yang akan datang.