Duyung (Dugong dugon), sering disebut sebagai sapi laut, adalah salah satu mamalia laut yang paling menarik. Makhluk ini dikenal karena perilakunya yang tenang dan damai, serta habitatnya yang bergantung pada ekosistem lamun. Duyung merupakan anggota keluarga Sirenia, kelompok hewan yang mencakup beberapa spesies mamalia laut herbivora. Meski sering dijuluki "sapi laut" karena kebiasaannya yang lambat dan mengunyah tumbuhan, perilaku duyung lebih kompleks dari sekadar hewan pemakan lamun.
Duyung adalah satu-satunya mamalia laut herbivora sejati. Makanan utama duyung adalah lamun, sejenis tanaman bawah laut yang tumbuh di perairan dangkal. Duyung menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari dan memakan lamun, sering kali mengonsumsi hingga 30 kilogram tanaman per hari. Saat makan, duyung menggunakan bibir tebalnya yang fleksibel untuk mencabut lamun dari dasar laut, lalu mengunyahnya secara perlahan.
Perilaku makan duyung memiliki dampak penting bagi ekosistem lamun. Dengan merumput, mereka membantu menjaga kesehatan padang lamun dan mencegah pertumbuhan berlebihan. Hal ini menjadikan duyung sebagai spesies yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
Duyung biasanya ditemukan di perairan tropis dan subtropis, terutama di kawasan Indo-Pasifik, mulai dari pesisir Afrika Timur, Teluk Persia, hingga Australia dan Asia Tenggara. Mereka lebih suka tinggal di perairan dangkal yang tenang dengan substrat berlumpur atau berpasir, tempat padang lamun tumbuh subur.
Duyung cenderung bergerak lambat dan memiliki sifat penyendiri, meskipun terkadang mereka dapat terlihat dalam kelompok kecil, terutama betina dengan anak-anak mereka. Mereka bisa bergerak sejauh 15-20 kilometer sehari saat mencari makanan. Meskipun pergerakannya lamban, duyung adalah perenang yang anggun dan menggunakan ekornya untuk bergerak maju di bawah air.
Meskipun cenderung menyendiri, duyung dapat menunjukkan perilaku sosial dalam kelompok kecil, terutama antara ibu dan anak. Komunikasi antara duyung melibatkan suara-suara berfrekuensi tinggi, termasuk siulan, dengungan, dan bunyi-bunyi lainnya. Suara ini digunakan untuk menjaga kontak antar individu, terutama antara ibu dan anak yang baru lahir.
Selain itu, duyung juga memiliki perilaku interaksi fisik yang erat dengan anak-anaknya. Anak duyung biasanya mengikuti induknya dengan ketat dan menyusu selama lebih dari setahun sebelum mulai makan lamun secara mandiri.
Perilaku reproduksi duyung cukup kompleks dan berbeda dari banyak mamalia laut lainnya. Duyung betina biasanya melahirkan satu anak setiap 3 hingga 7 tahun, dengan periode kehamilan sekitar 13-15 bulan. Anak duyung yang baru lahir bergantung pada induknya untuk mendapatkan nutrisi melalui menyusui selama setidaknya 18 bulan.
Selama masa perawatan ini, hubungan antara induk dan anak sangat erat, dengan induk sering kali membantu anak duyung belajar mencari makanan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Setelah menyusui selesai, anak duyung mulai belajar mencari lamun sendiri, meskipun mereka tetap dekat dengan induknya untuk jangka waktu tertentu.
Sebagai mamalia laut, duyung harus sering muncul ke permukaan untuk bernafas. Mereka bisa menahan napas selama beberapa menit sebelum kembali ke permukaan untuk mengambil udara. Aktivitas muncul ke permukaan ini biasanya dilakukan dengan tenang, tanpa gerakan yang tiba-tiba.
Kulit duyung tebal dan tubuhnya dilapisi dengan sedikit rambut, adaptasi yang membantunya bertahan hidup di habitat perairan. Selain itu, mereka memiliki cadangan lemak di bawah kulit yang membantu dalam menjaga suhu tubuh, terutama ketika suhu air turun.
Meskipun duyung memiliki perilaku yang damai dan tidak menimbulkan ancaman bagi hewan lain, mereka menghadapi banyak bahaya dari manusia. Penangkapan tidak sengaja oleh nelayan, kerusakan habitat lamun, dan perburuan ilegal adalah ancaman terbesar bagi duyung. Perusakan habitat pesisir, terutama hilangnya padang lamun akibat polusi dan pembangunan pesisir, mengurangi sumber makanan utama mereka, membuat kelangsungan hidup duyung semakin terancam.
Selain itu, perahu motor juga sering kali menjadi ancaman bagi duyung. Karena duyung berenang lambat dan sering muncul ke permukaan untuk bernafas, mereka rentan terhadap tabrakan dengan perahu. Bekas luka akibat tabrakan ini sering kali ditemukan di tubuh duyung yang hidup di wilayah perairan dengan aktivitas manusia yang tinggi.
Populasi duyung telah menurun secara drastis di banyak bagian dunia, dan spesies ini kini dilindungi di berbagai negara. Organisasi konservasi berusaha untuk melindungi habitat duyung dan mengurangi ancaman yang mereka hadapi, termasuk dengan membuat daerah konservasi laut dan melarang perburuan.
Duyung adalah mamalia laut yang memiliki perilaku yang damai dan tenang, dengan kehidupan yang bergantung pada padang lamun di perairan pesisir. Pola makan herbivora mereka, perilaku sosial antara induk dan anak, serta kemampuan adaptasi mereka menjadikan duyung salah satu spesies laut yang sangat menarik untuk dipelajari. Namun, ancaman dari aktivitas manusia telah menyebabkan penurunan populasi duyung di seluruh dunia. Perlindungan habitat mereka dan upaya konservasi menjadi kunci untuk menjaga kelangsungan hidup spesies ini agar tetap ada di lautan kita.