Halimah binti Yacob, lahir pada tanggal 23 Agustus 1954, adalah presiden kedelapan Singapura dan juga perempuan pertama yang menduduki jabatan tertinggi di negara ini. Lahir dari keluarga yang sederhana, Halimah tumbuh di lingkungan yang penuh tantangan namun penuh semangat untuk pendidikan dan pelayanan publik.
Halimah menempuh pendidikan di Tanjong Katong Girls' School dan kemudian melanjutkan ke University of Singapore, di mana ia memperoleh gelar sarjana hukum pada tahun 1978. Ia kemudian meraih gelar magister hukum pada tahun 2001 dari National University of Singapore (NUS). Sebelum terjun ke dunia politik, Halimah berkarir sebagai pengacara dan bekerja di Kongres Serikat Buruh Nasional (NTUC) selama lebih dari 30 tahun, di mana ia memperjuangkan hak-hak pekerja dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Halimah memulai karir politiknya pada tahun 2001 ketika ia terpilih sebagai anggota Parlemen dari Kelompok Perwakilan Konstituensi (GRC) Jurong. Selama karirnya di Parlemen, ia memegang berbagai posisi penting, termasuk Menteri Negara di Kementerian Pembangunan Masyarakat, Pemuda, dan Olahraga, serta Ketua Parlemen Singapura dari tahun 2013 hingga 2017. Sebagai Ketua Parlemen, ia menjadi perempuan pertama yang memegang posisi tersebut, menunjukkan komitmennya terhadap inklusi gender dan kepemimpinan perempuan.
Pada tahun 2017, Halimah Yacob mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Singapura. Pemilihan kali ini diadakan dengan format khusus yang dikhususkan untuk kandidat dari komunitas Melayu, sebagai bagian dari upaya untuk memastikan representasi yang lebih luas dalam pemerintahan. Halimah terpilih tanpa perlawanan karena tidak ada kandidat lain yang memenuhi syarat, dan ia dilantik sebagai Presiden Singapura pada 14 September 2017. Dengan demikian, ia menjadi presiden perempuan pertama dan presiden Melayu kedua dalam sejarah Singapura.
Sebagai presiden, Halimah Yacob menekankan pentingnya persatuan nasional, inklusi sosial, dan pembangunan berkelanjutan. Beberapa fokus utamanya selama masa jabatannya meliputi:
Halimah berkomitmen untuk mempromosikan inklusi sosial dan memastikan bahwa semua warga negara Singapura, tanpa memandang latar belakang etnis, agama, atau sosial ekonomi, mendapatkan kesempatan yang sama untuk berhasil. Ia mendorong dialog antar-komunitas dan program-program yang mendukung keragaman dan kohesi sosial.
Sebagai perempuan pertama yang menjadi presiden, Halimah terus memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Ia mendukung berbagai inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam ekonomi, politik, dan masyarakat.
Pengalaman panjangnya di NTUC membuat Halimah sangat peka terhadap isu-isu ketenagakerjaan dan kesejahteraan pekerja. Ia mendorong kebijakan-kebijakan yang mendukung hak-hak pekerja dan memastikan perlindungan bagi tenaga kerja, termasuk mereka yang berada dalam sektor informal.
Halimah juga fokus pada pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi semua warga negara. Ia mendorong peningkatan akses terhadap pendidikan berkualitas dan pelatihan keterampilan yang relevan untuk mempersiapkan angkatan kerja Singapura menghadapi tantangan ekonomi global.
Selama masa jabatannya, Halimah menghadapi berbagai tantangan, termasuk ketidakpastian ekonomi global dan dampak pandemi COVID-19. Namun, ia tetap berkomitmen untuk memimpin dengan integritas dan dedikasi, berusaha untuk memastikan stabilitas dan kesejahteraan bagi semua warga negara Singapura.
Halimah Yacob adalah figur penting dalam sejarah politik Singapura, tidak hanya sebagai presiden perempuan pertama tetapi juga sebagai pemimpin yang berdedikasi terhadap inklusi sosial dan kesejahteraan masyarakat. Kepemimpinannya yang penuh empati dan komitmen terhadap kesetaraan telah menginspirasi banyak orang dan memperkuat fondasi sosial dan ekonomi Singapura. Warisan Halimah akan terus dikenang sebagai tonggak penting dalam perjalanan negara ini menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkeadilan.