Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), juga dikenal sebagai badak bercula satu, adalah salah satu spesies badak paling langka di dunia dan hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat, Indonesia. Spesies ini memiliki cula tunggal yang lebih kecil dibandingkan badak lainnya, serta tubuh yang dilapisi kulit tebal dengan lipatan besar yang membuatnya tampak seperti berlapis baja. Populasi Badak Jawa kini sangat kecil, membuat mereka menjadi salah satu mamalia besar yang paling terancam punah di dunia.
Badak Jawa berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 3 meter dan tinggi 1,4-1,7 meter. Beratnya bisa mencapai hingga 1,5 ton. Berbeda dengan badak India yang juga bercula satu, cula badak Jawa lebih pendek, rata-rata hanya sekitar 25 cm, dan lebih terlihat pada jantan karena pada betina cula sering kali sangat kecil atau bahkan tidak tumbuh.
Badak Jawa memiliki kulit abu-abu kecoklatan yang tebal dan membentuk lipatan-lipatan, terutama di bagian leher, bahu, dan punggung, yang membuatnya tampak seperti mengenakan baju zirah. Selain itu, badak Jawa adalah hewan yang pemalu dan lebih suka hidup menyendiri di dalam hutan lebat dan rawa-rawa.
Badak Jawa dulunya tersebar di seluruh Asia Tenggara, termasuk India, Myanmar, Thailand, Laos, dan Kamboja. Namun, karena perburuan dan kerusakan habitat, kini badak Jawa hanya tersisa di Pulau Jawa, khususnya di Taman Nasional Ujung Kulon. Taman nasional ini memberikan lingkungan yang ideal bagi mereka, dengan hutan hujan tropis yang lebat dan ketersediaan air tawar.
Perburuan: Badak Jawa pernah diburu untuk culanya, yang dipercaya memiliki nilai medis dan ritual dalam beberapa budaya, meskipun belum terbukti secara ilmiah. Meskipun perburuan sudah menurun drastis berkat patroli dan perlindungan, ancaman ini masih menjadi salah satu faktor yang membuat badak Jawa hampir punah.
Kehilangan Habitat: Habitat badak Jawa semakin berkurang akibat kegiatan manusia, seperti pembukaan lahan untuk pertanian dan pemukiman. Terbatasnya wilayah hutan yang aman membuat populasi badak Jawa semakin terisolasi.
Penyakit dan Bencana Alam: Badak Jawa sangat rentan terhadap penyakit yang dapat menyebar dengan cepat di populasi kecil. Selain itu, Taman Nasional Ujung Kulon terletak di wilayah yang rawan bencana alam seperti letusan gunung berapi dan tsunami yang berpotensi mengancam seluruh populasi badak ini.
Keterbatasan Genetik: Dengan populasi yang sangat kecil dan terisolasi, badak Jawa menghadapi tantangan dalam hal variasi genetik. Keterbatasan ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan atau melawan penyakit.
Beberapa langkah telah diambil untuk melindungi Badak Jawa dari kepunahan, termasuk:
Pembentukan Taman Nasional Ujung Kulon: Taman Nasional Ujung Kulon dijadikan sebagai kawasan konservasi utama bagi badak Jawa. Petugas taman nasional rutin melakukan patroli untuk mencegah perburuan liar.
Monitoring dan Pemantauan Populasi: Kamera jebakan telah dipasang di berbagai lokasi di Ujung Kulon untuk memantau pergerakan dan perilaku badak Jawa. Pemantauan ini membantu peneliti memahami lebih dalam tentang kehidupan badak dan menentukan kebijakan konservasi yang efektif.
Penambahan Habitat: Taman Nasional Ujung Kulon terus diperluas dan dilindungi, termasuk melalui upaya pemulihan habitat dengan menghilangkan tanaman invasif yang bisa mengurangi sumber makanan alami badak.
Edukasi dan Kampanye Kesadaran: Berbagai kampanye dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi badak Jawa, baik di tingkat lokal maupun global. Kesadaran ini diharapkan dapat mengurangi ancaman dari aktivitas manusia.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), badak Jawa berstatus “Critically Endangered” atau sangat terancam punah, dengan populasi yang diperkirakan hanya tersisa sekitar 68-70 ekor di alam liar. Jika upaya pelestarian yang ada berhasil dan habitat mereka tetap terlindungi, diharapkan badak Jawa masih memiliki peluang untuk bertahan hidup. Namun, pelestarian ini memerlukan komitmen jangka panjang dari berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat.
Badak Jawa adalah spesies yang ikonis dan menjadi simbol keanekaragaman hayati Indonesia. Populasi mereka yang sangat terbatas menjadikan perlindungan dan pelestarian spesies ini sebagai prioritas penting untuk mencegah kepunahan. Upaya konservasi yang berkelanjutan sangat diperlukan agar badak Jawa tetap dapat hidup di habitat alaminya dan menjadi bagian dari warisan alam yang berharga.